10 AGUSTUS
10 Agustus 2008 nanti kota Bandung akan diramaikan oleh sebuah ‘pesta’ rakyat yang bertajuk pemilihan walikota dan wakil walikota secara langsung.. Terlepas dari berbagai hingar-bingar persiapan Pilwakot, Pilkada langsung, saat ini ibarat ‘koin panas’ yang memiliki dua sisi mata uang. Oleh sebagian orang Pilkada dianggap sebagai ‘buah manis’ demokrasi dan oleh sebagian yang lain dianggap sebagai suatu proses sia-sia, pemborosan uang rakyat, serta menimbulkan konflik di tengah-tengah masyarakat. Pandangan terakhir ini memang ada benarnya karena beranjak dari fenomena kekisruhan Pilkada yang terjadi di berberapa daerah.
Sebelum mencoblos pastilah timbul pertanyaan di benak kita, apakah dengan Pilwakot ini bisa terlahir pemimpin yang mampu membawa perubahan dan mewujudkan kemajuan kota Bandung?
Saat ini bisa dikatakan setiap sisi dan setiap entitas kota Bandung dirundung berbagai permasalahan. Mulai dari masalah ekonomi warga, lingkungan, serta masalah sosial. Untuk mengatasi semua problem tersebut tentunya dibutuhkan sosok pemimpin kota Bandung yang memiliki kapabilitas dan integritas yang mumpuni. Tentunya ketika kita memilih pemimpin tidak semata-mata melihat kapabilitas personal dan track record para Calon saja. Akan tetapi hal penting lain yang harus kita perhatikan juga adalah bagaimana konsep perubahan sistemik yang diusung oleh para calon tersebut. Berdasarkan pengalaman Sudah terlalu banyak kandidat pemimpin yang menawarkan janji-janji kosong-normatif semacam pendidikan dan kesehatan gratis, pengentasan kemiskinan dan penangguran, pemberantasan KKN, dan lain sebagainya. Sekali lagi hal tersebut hanya janji semu belaka karena memang mereka hanya menawarkan solusi tanpa menawarkan juga bagaimana cara kongkrit sistematis untuk merealisasikan solusi tersebut. Kita sebagai rakyat sebelum menentukan pilihan terlebih dahulu harus dengan cermat membaca dan mengamati konsep para calon. Jangan sampai kita membeli karung tanpa kucing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar