ISU TERORISME BASI
Isu terorisme –entah secara alami atau dimanipulasi- sering mencuat pada moment-moment tertentu. Isu terorisme sepertinya tidaklah muncul secara spontan melainkan ‘dimunculkan’ berdasarkan kepentingan-kepentingan tertentu. Ketika marak protes dari rakyat terkait kenaikan BBM, maka ujug-ujug tersiar kabar heboh penangkapan para ‘teroris’ di Palembang, Sumatra Selatan. Pun ketika ummat Islam ‘berteriak’ kencang meminta pemerintah membubarkan Ahmadiyah, kok tiba-tiba tersiar kabar kaburnya gembong teroris bernama Kastari ke Indonesia dari penjara super ketat Singapura. Jadi, pantas untuk kita analisa secara cermat di balik kemunculan (kembali) isu terorisme ini. Paling tidak kita bisa menganggap pemunculan isu terorisme sebagai upaya mengalihkan perhatian publik. Sehingga diharapkan publik yang awalnya antipati menjadi simpati kepada pemerintah. Bisa jadi juga pemunculan isu terorisme sebagai salah satu ikhtiar untuk membendung arus kebangkitan Islam yang saat ini telah menunjukkan geliatnya di negeri ini.
Semua kita tahu bahwa isu tentang terorisme pertama kali digempar-gemborkan oleh AS dan sekutu-sekutunya. Dan isu terorisme mencapai klimaksnya ketika terjadi peristiwa kontroversional 11 September 2001. Dengan dalih untuk menangkap pelaku pengeboman, Amerika Serikat mengultimatum dan memberi pilihan sulit kepada semua negara, memilih menjadi partner dalam rangka perang melawan teroris atau menjadi musuh. Afganistan dan Irak menjadi contoh nyata bentuk perang melawan teroris yang dicanangkan oleh AS dan sekutunya.
Pendefinisian tentang terosisme sesungguhnya masih sangat kabur dan multi interpretasi. Namun, secara arogan AS mengklaim diri sebagai satu-satunya pihak yang berhak menentukan siapa yang pantas disebut teroris. Kemudian jika melihat tren war on terorism yang digencarkan AS dan sekutunya dewasa ini maka tidaklah salah jika kita mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya yang dianggap teroris oleh Amerika dan sekutunya adalah Islam. Hal ini salah satunya terlihat dari publikasi AS tentang daftar Teroris yang mana hampir semua yang masuk daftar adalah orang Islam dan atau organisasi bernuansa Islam. Isu terorisme oleh AS, sekutu, dan antek-anteknya dijadikan sebagai amunisi dan argumentasi untuk menghancurkan musuh musuh mereka, untuk membendung arus kebangkitan Islam, serta untuk melemahkan negeri-negeri islam.
War on terorisme semata-mata adalah strategi politik bangsa barat dengan AS sebagai gembongnya. Secara alamiyah teroris itu pastilah ada. Fakta itu tidak bisa dinafikan. Akan tetapi pantas kita pertanyakan ketika perang melawan terorisme yang digemborkan oleh AS dan sekutunya berbentuk penyerangan atas negeri-negeri Islam, penangkapan-penangkapan para aktivis Islam, serta pem-blacklist-an organisasi-organisasi Islam.
Akhirnya, kita selaku ummat islam harus sadar sesadarnya bahwa isu terorisme adalah alat yang digunakan oleh AS, sekutu, serta antek-anteknya untuk membungkam arus kebangkitan Islam. Tidak ada pilihan lain bagi kita selaku kaum muslimin kecuali kita harus melawannya dengan ‘perang’ juga, yakni perang opini tanpa kekerasan#. Allahua’lam
Fahrur Rozi
Mahasiswa FISIP UNPAD Bandung