Sabtu, Maret 29, 2008

TURUNKAN HARGA-HARGA !

Ada teman yang mengungkapkan pernyataan fesimis “Di negeri ini harga-harga barang naik semua tidak ada yang turun kecuali harga Nyawa dan harga Diri”. Pernyataan ini –walaupun sedikit didramatisir- menggambarkan kepada kita betapa sulitnya hidup pada saat ini. Harga sembako melonjak tajam. Minyak goreng yang bulan kemarin bisa kita beli seharga Rp 6.000/Kg saat ini harganya telah naik menjadi Rp 15.000/Kg (bahkan terindikasi harganya akan terus naik). Beras naik tajam, minyak tanah (di beberapa daerah) juga naik menembus harga Rp 10.000/liter, Pertamax naik, solar naik, Mie instan (yang merupakan makanan pokok kedua bagi masyarakat menengah ke bawah termasuk mahasiswa) juga naik. Konsekuensinya jika harga barang-barang pokok naik maka tentunya harga barang-barang turunannya juga pasti naik. Maka wajar jika pengelola warung makan dan restoran, tukang Batagor, penjual nasi goreng, dan yang lain harus menaikkan harga. Kesimpulannya tidak ada barang yang harganya tidak naik!

Fenomena kenaikan harga di atas tentunya pasti ada penyebabnya. Fenomena kenaikan harga ini bisa terjadi secara alamiyah dan bisa pula sengaja disetting supaya harga-harga barang melonjak naik. Jika kita telusuri ada beberapa penyebab kenaikan ini diantaranya:
1. Mekanisme Pasar
Mekanisme pasar merupakan alasan ‘kaku’ dan ‘normatif’ dari pemerintah untuk membenarkan fenomena kenaikan harga-harga barang. Secara sederhananya dalam sistem pasar jika permintaan (dari konsumen) bertambah maka harga akan naik dan jika penawaran (dari Produsen barang) berkurang maka harga juga akan naik. Banyak orang yang salah kaprah menyatakan bahwa kenaikan barang murni karena mekanisme pasar. Padahal, di negara manapun –termasuk AS- kenyataannya tidak ada pasar (yang) bebas, dan pasti negara berkepentingan (bahkan berkewajiban) untuk mengintervensi perekonomian termasuk mengatur mekanisme pasar.
2. Permainan Pengusaha
Para penguasaha yang notebene-nya merupakan produsen/distributor barang-barang kebutuhan pokok masyarakat pasti memiliki filosofi “matrialis”:mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Prinsip ini sebenarnya sah-sah saja asalkan dalam menjalankan aktivitanya para pengusaha/ pedagang sesuai dengan koridor/aturan yang benar. Namun sayangnya saat ini aturan sistem ekonomi kita kacau balau dan diperparah lagi dengan tindak tanduk para pengusaha yang ‘menghalalkan segala cara’ demi untuk memperoleh keuntungan-keuntungan yang sebesar-besarnya. Untuk memperbesar keuntungan para pengusaha-
tidak canggung untuk menyogok dan menyuap, terbiasa menimbun barang (padala hal ini dilarang oleh syariat), sangat suka saling sikut dan menjatuhkan antar sesama pengusaha, serta berbagai aktivitas-aktivitas syaitan yang lain.
3. Permainan Pemerintah
Kita harus meyakini bahwa tugas utama pemerintah adalah mengurusi urusan-urusan rakyat (ri’ayah li suulil ummah) jadi pemerintah harus mengelola sumber-sumber daya alam yang ada, pemerintah harus mengelola pertanian dengan baik sehingga rakyat bisa memperoleh barang-barang kebutuhannya dengan murah -bila perlu- secara gratis. Hal ini sebenarnya bisa terwujud mengingat potensi alam kita yang luar biasa. Seperti lagu koes plus, di negeri ini tongkat saja bisa jadi tanaman, di negeri ini menggali tanah bisa dapat emas dan perak, di negeri ini pula ‘berenang’ di lautan bisa dapat mutiara dan beratus ribu Ton Ikan.
Lalu apa yang salah sehingga walaupun kekayaan alam kita melimpah ruah tetapi kita tetap hidup nelangsa?. Ya berarti yang salah adalah negara yang ‘tidak bisa’ mengurusi rakyat dan ‘kurang’ bisa mengelola kekayaan alam.
4. Kombinasi antar ketiga hal di atas
akan tetapi tentunya ketiga hal di atas tidak serta merta berdiri sendiri namun saling berhubungan satu sama lain. Jika kita mengurai dan menganalisis secara mendalam maka akar masalah kenaikan harga-harga barang adalah kekacauan sistem kehidupan kita salah satunya sistem perekonomian. Bukan rahasia kalau sistem perekonomian kita adalah sistem ekonomi kapitalisme-matrialisme-libralisme. Walaupun dibungkus dengan nama sistem ekonomi demokrasi Pancasila tetapi pondasi-pondasi ekonomi kita adalah teori dan praktik sesat. Dalam Sistem ekonomi negeri ini kita mengenal yang namanya Riba/Bunga, pasar uang, Penimbunan barang, dan penguasaan kekayaan-kekayaan alam oleh pengusaha. Padahal, HARAM hukumnya Kekayaan-kekayaan alam yang merupakan Milik bersama (milkul ammah) dan dikelola oleh negara diserahkan kepada pengusaha apalagi kepada pengusaha asing. Secara sistemik kenaikan harga-harga barang tidak lepas dari dua hal yakni sistem perekonomian yang kacau serta perilaku pengusaha-penguasa yang ‘kurang’ terpuji.
5. Kecelakaan dan bencana
secara faktual tentunya ada faktor lain yang bisa juga mempengaruhi harga barang. Hal tersebut misanya kecelakaan dan bencana. Kecelakaan dan bencana yang terjadi bisa merusak barang-barang kebutuhan masyarakat Seperti kasus banjir, angin puting beliung, serta wabah hama yang merusak lahan pertanian. Namun demikian Hal ini bersifat di luar jangkauan kita selaku manusia.

Selanjutnya kita beranjak untuk mencari solusi permasalahan ini. Berbicara masalah solusi tentunya solusi praktisnya adalah menurunkan harga-harga barang dan meningkatkan daya beli masyarakat. Untuk bisa mewujudkan solusi tadi tentunya prosesnya tidak gampang dan harus persifat holistic (menyeluruh). Maka bukan merupakan tindakan yang solutif jika untuk menurunkan harga barang diambil kebijakan operasi pasar, menurunkan bea masuk infor, menurunkan pajak, dll. Kita harus bisa berfikir komprehensif bahwa jika sistem ekonomi kita masih saja tetap sekuler dan kapitalistik maka adalah sulit bagi kita untuk hidup sejahtera. Kita memerlukan sistem, aturan-aturan, serta kebijakan yang sesuai dengan fitroh manusia dan dapat diterima oleh akal, yang mana itu semua dijalankan oleh penguasa dan pengusaha yang amanah dan adil.
Tidak ada jalan pintas dalam Perubahan. Jika kita ingin hidup sejahtera ingin bisa membeli barang-barang kebutuhan pokok dengan murah, ingin punya pekerjaan tetap maka kita harus berfikir sistemik bahwa kita harus merubah sistem dan aturan-aturan kehidupan kita dengan sistem dan aturan-aturan yang menentramkan dan mensejahterakan yakni Sistem Islam. Islam telah terbukti secara teoritis dan aplikatif bisa mewujudkan kesejateraan bagi masyarakat.
Islam yang ditegakkan dalam bentuk Daulah Khilafah akan mengelola sumber daya alam sesua dengan aturan syariat sehingga tidak ada swasta yang akan menguasai barang tambang, Air, Hutan, Listrik, dll.
Daulah Khilafah akan Mengelola sektor pertanian sesuai dengan aturan syariat sehingga tidak ada lahan/tanah yang menganggur (tidak dikelola), tidak ada sewa-menyewa lahan, negara memfasilitasi dan memberikan pupuk murah kepada petani, dan kemudian negara mengatur supaya hasil pertanian bisa oftimal untuk dipergunakan oleh masyarakat.
Daulah Khilafah akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat. Harga-harga barang akan disetting supaya bisa dijangkau oleh masyarakat luas, dan untuk masyarakat yang tidak mampu, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok mereka ditanggung oleh negara. Insyaallah!!!
Allahusubhanahu wataala a’lam

* Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial, Aktivis Masjid UNPAD
http/: revorosi.blogspot.com
E-mail: revolusisystem@yahoo.co.id_Phone+0899 789 3977

Tidak ada komentar: